Pengukuran Jarak Titik Poligon ke Pojok Bangunan dan Perhitungan Titik Poligon


Kali ini saya akan memberikan kepada kita semua sesuai janji saya terdahulu lanjutan materi Perhitungan Sudut Horizontal bagian 3 dan 4 dengan judul "Pengukuran Jarak Titik Poligon ke Pojok Bangunan dan Perhitungan Titik Poligon” sebagai berikut :
Pengukuran Jarak Titik Poligon ke Pojok Bangunan
Pengukuran ini dilakukan terhadap pojok bangunan ditinjau dari satu atau lebih dari titik poligon. Hal ini dimaksudkan untuk koreksi dalam penggambaran agar diperoleh gambar yang benar. Pengukuran ini menggunakan theodolit 0 (T0) dengan rumus :
D = (BA – BB) x 100 sin 2 z

Penggambaran dari titik 1
Dengan dasar α12 dan jarak d12, maka penggambaran titik dapat dilakukan. Demikian selanjutnya sampai titik 5. Sudut β merupakan sudut dalam poligon.

Perhitungan Titik Poligon
Agar lebih jelas dan mudah, cara dan perhitungan poligon sebagai kerangka peta dapat disajikan dengan cara pengisian tabel koordinat sebagai berikut :

Tabel 4.3. Contoh Perhitungan Titik Poligon
No
Ttk
Sudut
Sudut
Jurusan (a)
Jarak (D)
Dx =
D sin a
Dy =
D cos a
Koordinat
x
Y
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1
130o32’32,5”
291o53’0”
52,4625
–48,6823
19,5537
0,00
0,00
– 0o0’15”
–0,1157
0,1627
2
110o8’5”
1o45’10”
26,2125
0,8018
26,2002
–48,7980
19,7164
– 0o0’15”
–0,0578
0,0813

Keterangan :
Kolom (1)              : Nomor titik dengan theodolit berdiri
Kolom (2)              : Sudut dalam poligon ( β ) dan koreksi sudut dalam ( fa )


Dengan : Sb = jumlah sudut dalam poligon
a0         = azimuth awal
an            = azimuth ke-n (akhir)
n          = jumlah titik poligon
fa        = koreksi sudut

·         Contoh perhitungan
Sb                                       =  540°1’15”
Sb                                       =  (n-2) x 180° + fa
540°1’15”                           =  ( 5-2) x 180° + fa
fa = + 0°1’15”
-  Besar koreksi tiap sudut
-  Perhitungan sudut dalam ( ) terkoreksi :
β1 = 130o32’32,5” – 0o0’15” = 130o32’17,5”
β2 = 110o8’5” – 0o0’15”          = 110o7’50”
β3 = 94o43’7,5” – 0o0’15”       = 94o42’52,5”
β4 = 101o32’30” – 0o0’15”     = 101o32’15”
β5 = 103o5’0” – 0o0’15”          = 103o4’45”
 Kolom (3)              : Sudut jurusan ( ) terkoreksi

·         Contoh perhitungan
a12 = 291o53’0”
a23 = a12 ( 180 + β2 ) = 291o53’0” – 180o – 110o7’50”             = 1o45’10”
a34 = a23 + ( 180 – β3 )  = 1o45’10” + 180o – 94o42’52,5”          = 87o2’17,5”
a45 = a34 + ( 180 – β4 ) = 87o2’17,5” + 180o – 101o32’15”         = 165o30’2,5”
a51 = a45 + ( 180 – β5 ) = 165o30’2,5” + 180o – 103o4’45”         = 242o25’17,5”

Kolom (4)  : Jarak datar ( D ) diperoleh dari pengukuran sipat datar
·         Dari pengukuran sipat datar diperoleh data sebagai berikut :
D12       = 52,4625 m
D23     = 26,2125 m
D34       = 65,75 m
D45     = 37,0941 m
D51     = 30,0125 m
           = 211,5316 m

Kolom (5) : Penambahan jarak optis (Dx) dan koreksi absis (f(x))
Dengan :
Dx      = penambahan jarak optis
a        = sudut jurusan
D       = jarak antar titik poligon
SD     = jumlah jarak antar titik poligon
SDx   = jumlah penambahan jarak ke sumbu x

·         Contoh perhitungan
- Perhitungan Δx
Dx12 =  D12 x sin a12
=  52,4625 x sin 291o53’0”                    =  –48,6823 m
Dx23   =  26,2125 x sin 1o45’10”           =  0,8018 m
Dx34   =  65,75 x sin 87o2’17,5”            =  65,6622 m
Dx45   =  37,0941 x sin 165o30’2,5”      =  9,2872 m
Dx51   =  30,0125 x sin 242o25’17,5”    =  –26,6024 m
SDx   =  0,4665 m

– Perhitungan f(x)
fx1 =  = –0,1157 m
fx2 =  = –0,0578 m
fx3 =  = –0,1450 m
fx4 =  = –0,8018 m
fx5 =  = –0,0662 m


Kolom (6) : Penambahan jarak optis (Dy) dan koreksi ordinat (f(y))
Dengan :
Dy         = penambahan jarak optis
a            = sudut jurusan
D           = jarak antar titik poligon
SD         = jumlah jarak antar titik poligon
SDy       = jumlah penambahan jarak ke sumbu y

·         Contoh perhitungan
- Perhitungan Δy
Dy12   =  D12 x cos a12
           =  52,4625 x cos 291o53’0”            =  19,5537 m
Dy23   =  26,2125 x cos 1o45’10”              =  26,2002 m
Dy34   =  65,75 x cos 87o2’17,5”               =  3,3973  m
Dy45   =  37,0941 x cos 165o30’2,5”         =  –35,9127 m
Dy51   =  30,0125 x cos 242o25’17,5”       =  –13,8947 m
SDy   = –0,6562 m

– Perhitungan f(y)
fy1 =  = 0,1627 m
fy2 =  = 0,0813 m
fy3 =  = 0,2039 m
fy4 =  = 0,1150 m
fy5 =  = 0,0931 m

Kolom (7) : Koordinat titik poligon ( sb x )
  • Contoh perhitungan
x1 = 0,0 m
x2 = x1 + Dx12 + fx1    = 0,0 + (–48,6823) + (–0,1157)            = –48,7980 m
x3 = x2 + Dx23 + fx2    = –48,7980 + 0,8018 + (–0,0578)        = –48,0540 m
x4 = x3 + Dx34 + fx3    = –48,0540 + 65,6622 + (–0,145)        = 17,4632 m
x5 = x4 + Dx45 + fx4   = 17,4632 + 9,2872 + (–0,8018)          = 26,6686 m
x1 = x5 + Dx51 + fx5    = 26,6686 + (–26,6024) + (–0,0662)    =  0,0 m

Kolom (8) : Koordinat titik poligon ( sb y )
  • Contoh perhitungan
y1 = 0,0 m
y2 = y1 + Dy12 + fy1    = 0,0 + 19,5537 + 0,1627                     = 19,7164 m
y3 = y2 + Dy23 + fy2    = 19,7164 + 26,2002 + 0,0813             = 45,9980 m
y4 = y3 + Dy34 + fy3    = 45,9980 + 3,3973 + 0,2039               = 49,5992 m
y5 = y4+ Dy45 + fy4     = 49,5992 + (–35,9127) + 0,1150        = 13,8016 m
y1 = y5 + Dy51 + fy5    = 13,8016 + (–13,8947) + 0,0931        = 0,0 m

Jadi, koordinat titik poligon
1. Titik        1.  ( 0 ; 0) m
2.  (–48,7980 ; 19,7164) m
3.  (–48,0540 ; 45,9980) m
4.  (17,4632 ; 49,5992) m
5.  (26,6686 ; 13,8016) m

Titik
B. Tengah ( BT )
Stand I
Stand II
Benang Atas (BA)
Benang Bawah (BB)
(BA + BB) = 2 x BT
Jarak
Beda Tinggi
Rata-rata Beda Tinggi
Titik

Belakang
Muka
Belakang
Muka
S Db
(m)
S Dm
(m)
(1)
( 2 )
( 3 )
( 4 )
( 5 )
( 6 )
( 7 )
1
1,525
1,415
1,665
1,545
26
26
0,11


0,11
1
WP
1,440
1,330

,11
WP
2
1,395
1,285
2


Postingan berikut ini adalah lanjutan Materi Perhitungan Sudut Horizontal bagian 5 yang berjudul ”Pengukuran Beda Tinggi”

Pengukuran Beda Tinggi


Materi selanjutnya adalah materi ke 5 dari Perhitungan Sudut Horizontal dengan judul Pengukuran Beda Tinggi adalah :
Pengukuran Sipat Datar Memanjang
WP = Water Pass
Keterangan :
Kolom (1) dan (7)     : Letak titik-titik dengan rambu berada
Kolom (2)                  : Data hasil percobaan waterpass ke rambu muka dan belakang dan               data benang tengah ( stand II )
Contoh :
Stand I   :        BT belakang    = 1,525 m
                        BT muka         = 1,415 m
Stand II :         BT belakang    = 1,440 m
                        BT muka         = 1,330 m

Kolom (3)                 : Data hasil bacaan benang atas (BA) dan benang bawah (BB)  untuk rambu muka dan belakang alat pada stand I.
Contoh :
Rambu belakang         BA          = 1,655 m
                                    BB          = 1,395 m
Rambu muka               BA          = 1,545 m
                                    BB          = 1,285 m

Kolom (4)                    : Hasil perhitungan jarak
Contoh :
Jarak ke belakang        = ( BA belakang – BB belakang ) x 100
                                    = ( 1,655 – 1,395 ) x 100
                                    = 26 m
Jarak ke muka             = ( BA muka – BB muka ) x 100
                                    = ( 1,545– 1,285 ) x 100
                                    = 26 m

Kolom (5)                : Beda tinggi antara  2 titik yang diberi rambu ( belakang dan muka ) dapat berharga positif atau negatif. Berharga positif apabila titik di muka pesawat lebih tinggi daripada titik di belakang pesawat. Serta bernilai negatif apabila titik di belakang pesawat lebih tinggi daripada titik di muka pesawat.
Contoh :
Beda tinggi stand I     = BT belakang – BT muka
                                    = 1,525 – 1,415
                                    =  0,11 m

Beda tinggi stand II    = BT belakang – BT muka
                                    = 1,440  – 1,330
                                    =  0,11m
  
Kolom (6)               : Rata-rata beda tinggi antara stand I dan stand II
Contoh :
=  0,11 m
Pengukuran sipat datar memanjang ini dilakukan 2 kali yaitu pergi (dari titik 1 ke 5) dan pulang (dari titik 5 ke 1 ).


Postingan berikut yang akan kami bagikan kepada kita semua adalah lanjutan Perhitungan Sudut Horizontal bagian 6 yang berjudul ”Pengukuran Tampang Melintang” 

Materi Ilmu Ukur Tanah I


Bagi saudara(i) para pencari informasi mengenai Materi ilmu ukur 1 tanah saya akan mencoba berbagi kepada kita semua, walaupun saya masih belajar tentang hal tersebut sbb :


PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN
A. Perhitungan Sudut Horisontal

Perhitungan sudut horisontal digunakan untuk mendapatkan besaran sudut dalam poligon (β), dengan β adalah selisih nonius belakang (rata-rata) dengan nonius muka (rata-rata).

Tabel 4.1. Contoh Perhitungan Sudut Horisontal
Tempat Alat
Kedudukan Teropong
Arah
Bidikan
Bacaan Skala Lingkaran Mendatar
Sudut       B
Sudut  Rata–rata
Sudut      LB
I
II
Rata – rata
o
¢
²
o
¢
²
o
¢
²
o
¢
²
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1
B
2
000
00
00
000
00
00
000
00
00
130
130
130
29
32
35
35
32,5
30
B
5
130
34
10
130
25
00
130
29
35
LB
2
180
01
50
179
59
40
180
00
45
LB
5
310
38
20
310
34
10
310
36
15

Keterangan :
Kolom (1)  :          Tempat kedudukan alat ( 1,2,3,4,5 )
Kolom (2)  :          Kedudukan teropong
Dalam pembidikan ada kedudukan biasa (B) dan luar biasa (LB).
Bila visir berada di atas teropong berarti kedudukan biasa, dan bila visir berada di bawah teropong  berarti kedudukan luar biasa (LB).
Kolom (3)  :          Arah bidikan tempat titik bidik.
Kolom (4)  :          Bacaan lingkaran mendatar I berisi hasil pembacaan azimuth (sudut mendatar pertama).
Kolom (5)  :          Bacaan lingkaran mendatar II berisi hasil pembacaan azimuth (sudut mendatar kedua).
Kolom (6)  :          Bacaan skala lingkaran mendatar rata-rata, yaitu rata-rata sudut bacaan pertama dan kedua.

Contoh :    2 B 5 ( arah bidikan 2 dan 5 dalam kedudukan biasa )
Bacaan 1          = 130o 34’10”
Bacaan 2          = 130o 25’00”
Rata-rata          = 130o 29’35”

Kolom (7)  :          Selisih sudut mendatar rata-rata antara kedudukan biasa dan luar biasa serta sudut rata-rata antara biasa dan luar biasa (sudut dalam poligon).
  
Contoh perhitungan:
·         Biasa (B)
α belakang =   130o 29’35”
α muka =   0o
β1 (B)                               =   α belakang – α muka
=   130o 29’35”– 0o
=   130o 29’35”
·         Luar Biasa (LB)
α belakang =  310o 36’15”
α muka =  180o 00’45”
β1 (LB)                             =  α belakang – α muka
=  310o 36’15”– 180o 00’45”
=  130o 35’30”

·         Sudut β1 rata–rata        =

= 130o32’32,5”

Dengan cara yang sama diperoleh besarnya nilai sudut dalam poligon (b)

selain dari materi di atas saya juga akan memberikan kepada kita semua lanjutan materi dengan judul "Pengukuran Jarak Mendatar"